Sabtu, 18 Juli 2009

Selamat Datang Di Kepulauan Rempah-Rempah

Oleh : Van Prey



Rasanya begitu kagum ketika saat pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Ternate, salah satu Pulau yang menjadi pusat rempah-rempah sekaligus menjadi central pemerintahan Provinsi Maluku Utara. Provinsi yang pernah mencetak rekor tentang Pilgub terlama di Indonesia, dan bahkan juga di dunia ini, memiliki bergudang-gudang landscape yang tak membosankan mata untuk menatap dan memandang jauh hingga garis cakrawala. Gunung Gamalama, satu-satunya gunung di pulau Ternate dan masih aktif ini memiliki pesona tersendiri. Telah banyak orang yang melakukan pendakian untuk mencari sensasi kesegaran dan kepuasan batin akan indahnya alam Pulau Seribu Benteng ini dari puncaknya.

Pulau yang pernah menjadi tujuan para negeri kolonial pada abad 16 ini, sebagian besar masyarakatnya beragama Islam. Bahkan, banyak penduduk setempat yang mengklaim bahwa Islam hadir pertama kali di Bumi Pertiwi adalah di Ternate. Sultan Mudafar Sjah adalah Sultan yang memimpin kerajaan Ternate sekarang ini. Usaha Sultan Mudafar Sjah untuk mengembalikan citra sebagai tanah rempah-rempah dengan berbagai object wisata patut diacungi jempol. Salah satu usaha tersebut adalah acara Lagu Gam yang mana acara tersebut adalah acara untuk memperingati hari ulang tahun Sultan dan dilakukan Pesta Rakyat selama kurang lebih dua minggu. Dengan menampilkan berbagai acara tradisional dikolaborasikan dengan kesenian modern, menjadikan acara Legu Gam memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Biasanya acara ini dilaksanakan sekitar bulan April.

Ferdinand Magelhaens, yang melakukan pelayaran dari Lisabon, Spanyol dengan misi 3 G: Glory, Gospel, Gold melewati Panama kemudian samudera Atlantik dan menuju Filipina. Sampai disini beliau meninggal, dan dilanjutkan oleh Sebastian Del Cano hingga mendarat di Pulau Tidore. Pulau yang bersebelahan dengan Pulau Ternate. Diantara Pulau Ternate dan Tidore, terdapat sebuah pulau kecil yang bernama Pulau Maitara. Pulau Maitara juga menyuguhkan berbagai keindahan alam yang eksotik. Dengan pantai pasir putih, puncak gunungnya yang bisa ditempuh hanya beberapa jam, juga keanehan tentang kebanyakan sumur yang airnya berasa asin. Salah satu kesulitan bagi masyarakat Maitara adalah air bersih yang hingga kini masih menjadi kendala.
Kedatangan Spanyol kemudian diikuti oleh Portugis yang mendarat di Ternate. Di sini, Potugis membuat beberapa benteng. Benteng Nostra Senhora del Rosario atau Benteng Kastella atau Benteng Gamlamo yang konon dikabarkan benteng terbesar di Asia Tenggara. Benteng yang dibangun pada tahun 1522 oleh Gubernur Jenderal Antonio de Brito yang kemudian dilanjutkan oleh Garcia Hendrigues. Pada tahun 1530 diteruskan oleh Gastro Pereira dan diselesaikan oleh Gubernur Jenderal ke-8, Jorge de Castro tahun 1540. Benteng yang dibangun kurang lebih 18 tahun ini, kini nasibnya memprihatinkan. Tidak terawat dan 90% bagiannya telah hilang. Dan di benteng ini pula seorang Sultan Ternate, Yaitu Sultan Khairun dibunuh oleh salah satu prajurit Portugis yang bernama Antonio Pimental atas suruhan dari Gubernur Jenderal Lopez de Mosquito. Sultan Khairun diundang untuk menghadiri jamuan makan malam sambil berunding. Namun rupanya ia malah dibunuh secara keji dengan cara ditikam dari belakang. Kejadian itu berlangsung pada tanggal 28 Februari 1570. Hingga kinipun sejarah masih simpang siur tentang jenazah beliau. Banyak penduduk setempat mengatakan bahwa Sultan Babullah, anaknya Sultan Khairun menjemput jenazah ayahnya sambil menari soya-soya (tari perang) dengan pasukan. Sumber yang lain mengatakn bahwa jenazah Sultan Khairun di cincang dan dibuang ke laut. Dalam Benteng ini, berdiri sekolah Teologia Pertama di Asia Tenggara.

Akibat dari pembunuhan atas Sultan Khairun, Sultan Babullah terus menerus melakukan serangan terhadap Portugis dan akhirnya Portugis berhasil di pukul mundur meninggalkan Ternate untuk selama-lamanya.

Tahun 1606, Spanyol menduduki Ternate sampai tahun 1663. pada tanggal 1 April 1606, Spanyol mengambil 153 meriam yang terbuat dari tembaga, peninggalan Portugis. Setelah portugis Pergi, Belanda tiba dan menguasai Ternate.
Benteng ini terhitung luar biasa karena ketebalan tembok dari 40 cm sampai dengan 270 cm. Tembok yang memiliki tebal 40 cm digunakan sebagai penyekat ruangan dan 175 cm sampai dengan 275 cm digunakan sebagai dinding luar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selalu ada tempat berkomentar untuk anda