Minggu, 26 Juli 2009

Benarkah Sekolah Membuat Masa depan Cerah?

Membicarakan hal yang satu ini mungkin tidak akan habis-habisnya. Ya, dengan keadaan yang ada sekarang ini, ditandai dengan demo di sejumlah tempat yang pada dasarnya menuntut pendidikan sekolah murah. Lebih dari itu, apakah memang kemudian seribu janji pendidikan itu mampu diwujudkan dalam dunia nyata?

Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan - Red), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak. Dari pengertian-pengertian dan analisis yang ada maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya.

Apakah pendidikan di Indonesia memperhatikan permasalahan detail seperti ini? Inilah salah satu kesalahan terbesar metode pendidikan yang dikembangkan di Indonesia. Pendidikan kita sangat tidak memperhatikan aspek afektif (merasa), sehingga kita hanya tercetak sebagai generasi-generasi yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini. Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, dan setiap tahunnya keluar ribuan hingga jutaan kaum intelektual. Tapi tak kuasa mengubah nasib bangsa ini. Maka pasti ada yang salah dengan sistem pendidikan yang kita kembangkan hingga saat ini.

Pendidikan adalah sebuah proses memanusiakan manusia. Jika aspek merasa dalam diri jiwa pendidik dan yang didik itu berkembang, maka akan pasti menjdai manusia seutuhnya. Tapi kenyataannya tidak demikian. Ratusan manusia yang menjadi pejabat adalah orang-orang yang terdidik. Tapi dari sekian ratus orang yang terdidik tersebut, berapa orang yang memiliki rasa?

Lebih dari itu, meskipun pendidikan sekolah di negeri ini memberikan plot anggaran terbesar negara, apakah mampu membuat generasi muda kita memiliki masa depan yang cerah? Segalanya dalam hidup manusia itu dipengaruhi paradigma berpikir seseorang. Jika paradigma itu tidak berubah maka hidupnya juga akan seperti itu-itu saja. Tiga abad lebih kita dijajah dan kita mewarisi mental budak. Bahkan hingga kini tetap saja kita mau menjadi budak. Meskipun pendidikan menghasilkan intelektual-intelektual, nyatanya tetap saja memiliki paradigma berpikir bahwa sekolah adalah sebuah jalan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dan dapat menghasilkan pemasukan agar dapat hidup lebih sejahtera.

Hal ini seharusnya disikapi secara serius oleh para ahli pendidikan. JUga tak terkecuali orang-orang yang mendidik. Mental manusia Indonesia harus dirubah. Paradigma berpikir juga harus mutlak untuk dirubah. Jika tidak demikian, maka pendidikan sekolah tidak akan mampu menjamin masyarakat indonesia menjadi masyarakat yang cerdas dan bermental untuk menjadi "tuan".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selalu ada tempat berkomentar untuk anda